Breaking News

Sunday 20 March 2016

Perilaku Musikal

Salam…

Perilaku Musikal

Semoga pembaca berada pada keadaan yang sangat menggembirakan, pada kali ini saya akan menulis sedikit tentang musik yang saya kutip dari penulis Djohan dalam bukunya yang berjudul Psikologi Musik cetakan #3.
                Serangkaian hasil penelitian yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa ciri-ciri sebuah proses evolusi pikiran sulit dideteksi melalui perilaku orang dewasa. Justru yang mudah dikenalidan tampak adalah pada kapasitas pikiran bayi. Hasil penelitian Trehub, dkk (1997), menunjukkan bahwa bayi usia enam bulan telah “mamp menjadi pendenganr” yang baik. Misalnya, mereka sensitif terhadap bentuk melodi yang konstan, walaupun melodi serta pola naik-turun dengan perubahan Pitch tetap akan direspons sebagai musik yang sama.
                Selain itu juga diketahui bahwa bayi telah menunjukkan serangkaian perilaku “proto-musikal” dalam interaksi mereka dengan pengasuhnya. Bentuk komunikasi timbal balik dengan berbagai Pitch dan tempo juga dilakukan lewat metode seperti di dalam musik. sifat proto-musikal tersebut tidak hanya mendengarkan bunyi/suara tetapi juga ikut memproduksi dan merespons secara aktif. Menurut banyak ahli, sinkronisasi vokal yang teratur serta pola kinestik pengasuh akan melengkapi bayi dengan sensori informasi multi-modal termasuk informasi visual.
                Jadi, untuk mengetahui kecenderungan musikalitas yang dimiliki manusia lebih tepat dimulai dengan mempelajari bagaimana cara bayi memahami orang dewasa. Walau dalam budaya tertentu aktifitas musikal lebih sering dianggap sebagai produk dari kekuatan evolusioner. Kecenderungan untuk menjadi musikal seeperti pada proto-musikalitas bayi sederhananya lebih dari sekadar tendensi untuk mendengarkan (pendengar yang kompeten).
                Seorang bayi dapat memperkirakan penyesuaian Pitch  dari suara yang didengarnya termasuk memebedakan antara versi perubahan dan perpaduan serangkaian nada. Anak-anak sudah mampu memproduksi sebuah frase pendek dalam berbagai variasi dengan Pitch yang tepat. Oleh sebab itu, kemampuan untuk menghasilkan Pitch  secara akurat dan apresiatif terhadap tangga nada serta kunci nada dasar telah berkembang ketika awal usia sekolah. Perubahan yang terjadi dalam serangkaian tangga nada yang teratur lebih mudah dideteksi dari pada rangkaian yang acak. Dan, pilihan yang timbul untuk mengakhiri sebuah kalimat melodi lebih pada nada yang stabil dari kunci yang terdengar.
                Secara spesifik, dapat dikatakan bahwa serangkaian musik terjadi dari hasil sebuah eksplorasi dari interaksi. Sebagai contoh, setiap anak yang secara kooperatif terlibat di dalam aktifitas/kegiatan  musikal yang akan menginterpretasikan aktifitas tersebut sebagai sesuatu hal yang berbeda, karena aktifitas musik yang ternyata kolektif tersebut tidak memiliki suatu ancaman/potensi konflik. Musik bukan hanya memberikan anak sebuah media interaksi sosial, ruang bebas resiko untuk mengeksplorasi perilaku sosial tetapi juga menimbulkan akibat sebaliknya berupa potensi aksi dan transkasi.
Pada kenyataannya, intervensi musik secara aktif dan simultan dapat membantu perkembangan kapasitas kognitif. Musik atau proto-musikal  yang menimbulkan kesan “metaphorical” (kiasan). Rekreatif, serta menjaga fleksibilitas kognitif itu jugalah yang pada akhirnya membedakan manusia dengan makhluk lain. Tentu saja, musik untuk bayi dan anak berbeda dengan untuk orang dewasa dalam setiap budaya. Kandungan kapasitas ganda sebagai karakter proto-musikal yang mampu menyokong fungsi sosial dan mengkontribusikan makna musik memang bukan sebagai penentu. Tetapi perilaku proto-musikal memiliki peran fungisional dalam perkembangan manusia secara umum.
                Implikasinya adalah terjadi evolusi kognitif secara multi domain melalui penyebaran dengan cara disengaja. Dalam teori Karmilofo-Smith (1992) dikatakan, seorang bayi dapat dianggap telah memiliki bawaan khusus yang secara implisit pasti akan sampai kepada domain representasi (tingkat II). Kejadian kompleks yang dianggap sebagai proto-musikal adalah ketika terjadi komunikasi langsung antara seorang pengasuh dengan bayi yang digendongnya. Aktifitas simultan tersebut telah menjadi isyarat bagi kemampuan multi representasi bayi dalam domain yang berbeda.
                Dengan kata lain, kejadian kompleks yang disertai kelengkapan proto-musikal hanya dapat diikuti oleh bayi melalui satu syarat yaitu, informasi tersebut masih berada dalam satu domain. Kalau representasi tingkat-1 diisyaratkan dalam domain yang tidak semestinya maka hal itu disebut “ribut”. Tetapi bila peristiwa yang kompleks diulang dalam frekuensi secukupnya maka “ribut” tersebut mungkin mulai mendapat respek sebagai sebuah bentuk representasi domain yang diikutinya. Kejadian berulang yang teratur dari lintas domain dalam konteks perulangan proto-musikal dapat membantu untuk menentukan representasi tingkat-E1, tetapi tidak mengarah pada kesadaran verbal dan tidak pula ditambah informasi lintas domain yang berbeda. Maka pada tingkat-E1 terdapat representasi dengan “intensionalitas ganda”.


                Proses representasi dan redeskripsi yang dimili bayi akan mengendap melalui atribut proto-musikal saat berinteraksi dengan si pengasuh. Representasi ini akan mengalami perluasan sejalan dengan berkembangya domain yang berbeda seiring dengan perkembangan kompetensi bayi. Bila dikatakan bahwa bayi memiliki multi kehidupan dan secara implisit  memiliki domain yang berbeda , maka semua atau sebagian hal tersebut disebabkan oleh faktor: fisik, gross motorik, fine motorik, linguistik, sosial, dan emosional.

No comments:

Post a Comment

Designed By Published.. Blogger Templates