Breaking News

Wednesday 23 March 2016

Mengapa Manusia Musikal ?

Salam…

Mengapa Manusia Musikal ?

Semoga pembaca berada pada keadaan yang sangat menggembirakan, pada kali ini saya akan menulis sedikit tentang musik yang saya kutip dari penulis Djohan dalam bukunya yang berjudul Psikologi Musik cetakan #3.

Mengapa Manusia Musikal ?

                Bila memperhatikan musikalitas manusia, seseorang layak merasa ajaib mengapa kita bisa musikal dan bagaimana terjadinya? Cukup mengherankan bila banyak pernyataan dalam berbagai literatur yang seolah tidak menemukan jawabannya. Misalnya pernyataan Brown (1981) “Sejauh yang satu tahu, keterampilan musik itu tidak penting”. Setelah itu Downing dan Harwood (1986) “Reaksi terhadap musik tidak secara jelas terkait langsung dengan biologis”. Seseorang “harus bertanya mengapa evolusi memberi kita perlengkapan bawaan yang sedemikian kompleks dimana tidak ada bukti dan nilai yang jelas” (Lerdahl dan Jackendoff, 1983). “Mengapa kita merespons musik secara emosional sementara pesan di dalamnya tidak jelas?” (Roeder, 1982). “Mengapa kita memiliki musik dan membiarkannya menempati kehidupan ini tanpa alasan yang jelas?” (Minsky, 1982).
                Sebenarnya maklumat di atas lebih menunjuk pada sikap praduga, sementara saat ini sudah menjadi semakin jelas bahwa setiap manusia secara biologis memiliki “jaminan musikalitas” (Wilson 1986). Hal ini disebabkan karena bawaan genetis yang menciptakan otak dan tubuh, cenderung musikal. Seperti kita lahir dengan kemampuan bahasa kemudian bahasa yang dipelajari secara khusus tersebut ditentukan oleh budaya. Sama halnya kita lahir dengan kemampuan untuk respons terhadap musik dari budaya sendiri. Jika musik tidak menganugerahkan kelangsungan hidup yang tidak menguntungkan mengapa pada manusia telah tersedia struktur neurofisiologis? Mengapa manusia berkembang menuju sifat spesies yang global?
                Tempat yang sekiranya tepat untuk mulai mencari dan menemukan jawaban atas fokus permasalahan di atas adalah pada teori evolusi. Salah satu kelengkapan yang menganugerahkan manfaat bagi manusia baik melalui mutasi genetis atau adaptasi dengan lingkungan adalah melalui keturunan. Anggota spesies yang lebih kuat dengan segala kebajikan ini akan hidup lebih lama dan menghasilkan banyak keturunan; maka perlengkapan yang dimiliki harus dipertimbangkan sampai semua anggota memiliki atribut yang sama. Melalui cara ini harimau memperoleh ketangkasannya dan jerapah memiliki leher panjangnya. Oleh sebab itu, cara untuk memahami musik berdasarkan teori evolusi harus dimulai dari elemen terutama dalam musik yaitu: irama sebagai representasi dari tempo atau waktu.
                Pada prinsip fisika kuantum disebutkan bahwa segala sesuatu yang ada di muka bumi ini berada dalam vibrasi. Jutaan miliar atom bergetar per detik, sementara matahari bergetar secara periodik dalam tiap lima menit (Chen, 1983). Melalui Helioseismologi, sebuah kajian tentang osilasi matahari dan dari para astronom pula kita tahu bahwa galaksi bumi dengan segala isinya ini penuh dengan vibrasi. Bila diamati secara periodik, maka manusia hidup dalam suatu kehidupan yang menyerupai irama lingkungan. Sama seperti musim yang silih berganti setiap tahun, fase peredaran bulan, dan periode siang-malam dengan pola waktu yang teratur. Tubuh manusia juga bekerja dengan irama yang terpola. Jantung dan pernafasan adalah dua bagian tubuh yang berproses secara periodik. Kemudian gelombang otak, hormon, bahkan pola tidur merupakan contoh lebih dari 100 osilasi kompleks yang harus dimonitor oleh otak. Kronobiolog yang mempelajari irama tubuh percaya bahwa irama adalah bagian penting dalam kehidupan. Bila terjadi gangguan atau ketidakaturan pada irama hidup seseorang, maka yang bersangkutan akan menderita sakit. Contoh, dysrhythmia dapat berupa gejala autis, maniac depression, atau schizophrenia; dysrhythmia yang juga mengindikasikan dyslexcia atau gangguan belajar lainnya (Bohannan, 1983).
                Pengaruh pengalaman ritmis sangat luas karena irama adalah faktor kritis dalam kemahiran bahasa. Demikian pula dengan bayi yang menerima stimulasi melalui ayunan atau gerak tubuh lainnya ketika digendong, selain dapat meningkatkan bobot, mengembangkan daya pandang, dan ketajaman pendengaran juga meningkatkan keteraturan siklus tidur. Dan, mungkin yang terpenting adalah kenyataan bahwa cerebelum secara langsung berhubungan denagn sistem limbik khususnya pada bagian hypothalamus yang dikenal sebagai pusat kesenangan. Pada akhirnya disimpulkan bahwa aktivitas gerak tubuh dapat menimbulkan rasa senang.
                Bayi yang kehilangan atau kurang kesempatan untuk melakukan banyak gerak dapat berakibat pada gagalnya perkembangan otak yang memfasilitasi rasa senang. Integrrasi ke dalam lingkungan ritmis telah dimulai sejak lahir diawalai dengan irama pernafasan dan berjalan seiring dengan adaptasi bayi terhadap siklus irama lingkungan tempat kehidupannya. Baru, setelah beberapa bulan kemudian berlanjut dengan pola kehidupan keluarga, khusunya siklus aktivitas orang tua bekerja dan istirahat. Maka pada akhirnya akan mempertajam irama sosial sang bayi. Kondisi ini sangat penting karena hampir semua dasar dari interaksi sosial adalah berirama.
                Para peneliti menemukan bahwa “orang yang terlibat dalam sebuah interaksi sosial secara tanpa disadari bergerak ‘dalam ruang’ satu sama lain melalui koordinasi ritme gerak dan isyarat yang seolah memperlihatkan semua karakter tarian” (Montagu dan Maston, 1979). Aspek irama pada perilaku manusia sangat kuat untuk menjadi serasi. Keserasian ini akan terjadi bila dua orang atau lebih yang memiliki kesesuaian dalam irama yang sama. Contoh keserasian di luar manusia misalnya pada migrasi burung yang terbang berganti-ganti arah nemun tetap dalam bentuk formasi V.
                Di tengah-tengah semua aspek fisiologis, lingkungan, dan irama sosial, kiranya penting untuk dipertimbangkan kenyataan bahwa manusia adalah makhluk yang bebas dengan waktu. Pada saat yang sama strategi diperoleh otak dalam operasionalnya mengetahui bahwa belajar dan mengingat akan memediasi hubungan antara lingkungan internal pikiran dengan lingkungan dunia eksternal. Sama-sama menyediakan keselarasan psikologis seperti halnya homeostatis yang memfasilitasi kesetaraan biologis.
                Pendengaran adalah indera paling terutama sebagai tempat kita menghasilkan kedalaman penghayatan hidup  yang stabil. Jutaan tahun lalu ketika dinosaurus menguasai bumi, mamalia, hanya memiliki sedikit hutan dan berburu hanya dapat dilakukan pada malam hari demi keamanan. Berburu di malam hari tentu membutuhkan indera pendengaran yang baik. Pada akhirnya evolusi memfasilitasi kita dengan kapasitas untuk dapat menginterpretasikan suara. Dengan demikian pemikiran di atas memberikan alasan bahwa manusia adalah makhluk ritmis yang memiliki kemampuan untuk mengembangkan perilakunya secara tepat.
                Sebelumnya manusia juga mungkin tidak tahu mengapa secara khusus diperlukan perilaku musikal. Sementara dalam kesehariannya sudah mempraktikan bebrapa aspek ritmis melalui kemampuan berbicara atau berkomunikasi yang esensinya sama dengan musik. Apa keuntungan yang diperolah dari musik hingga manusia dikatakan sebagai makhluk dengan ciri khusus? Apakah dikarenakan evolusi bekerja terlalu lambat sehingga hanya satu fungsi saja yang berkembang dari setiap ciri manusia? Secara alamiah sebenarnya terdapat banyak cara bagi musik untuk memberikan manfaat bagi umat manusia. Semua itu diselenggarakan melalui (1) keterikatan antara ibu-bayi, (2) kemahiran bahasa, (3) pengetahuan yang unik, dan (4) organisasi sosial.


No comments:

Post a Comment

Designed By Published.. Blogger Templates