Breaking News

Friday 18 March 2016

Musik Sebagai Perilaku

Salam…

Musik Sebagai Perilaku

Semoga pembaca berada pada keadaan yang sangat menggembirakan, pada kali ini saya akan menulis sedikit tentang musik yang saya kutip dari penulis Djohan dalam bukunya yang berjudul Psikologi Musik cetakan #3.
                Musik juga dikatakan sebagai perilaku sosial yang kompleks dan universal. Setiap masyarakat memiliki apa yang kita sebut sebagai musik, oleh karena itu semua penghuni masyarakat merupakan  potret dari kehidupan yang  musikal. Kalaupun ada yang tidak seperti pengertian diatas, biasanya disebabkan oleh faktor budaya. Pada budaya barat terdapat perbedaan tajam antara siapa yang berperan “memproduksi” musik dan yang berperan “mengkonsumsi” nya. Walau kenyataanya hampir semua golongan masyarakat dapat “mengkosumsi” musik, mendengar, terinpsirasi mengikuti gerak irama, dan mengembangkannya. Dengan demikian, mayoritas diam pun adalah masyarakat yang musikal dalam kapasitas pemahaman di atas.
                Munculnya psikologi musik kognitif secara evolusioner pada dekade terakhir ini mendorong meningkatnya penelitian tentang mengapa seseorang dapat dikatakan musikal. Ada yang mengatakan bahwa musik hanya sebuah produk evolusi yang menyenangkan tetapi tidak begitu penting. Ada pula yang berpendapat bahwa musik ikut memainkan peran penting dalam evolusi manusia. Dibalik perilaku dan tindakan manusia terdapat pikiran-pikiran yang terkonsentrasi di dalam otak. Bertepatan dengan pandangan umum bahwa tubuh manusia adalah produk dari sebuah proses evolusi. Operasionalisasi proses evolusi tersebut terdiri dari: (1) modifikasi acak yang mengakibatkan lahirnya organisme dengan kapasitas yang berbeda; (2) seleksi alam, yang terjadi melalui desakkan ekologis dan membuat organisme harus berjuang dalam menghadapi lingkungannya, serta (3) perbedaan reproduksi, sebagai akibat dari organisme yang beradaptasi dengan lingkungan tersebut.
                Seperti yang banyak dipahami orang bahwa otak manusia merupakan bagian dari tubuh sekaligus sebagai produk evolusi, tetapi ada yang menolak juga bila dikatakan pikiran dan perilaku manusia itu khusus dan ditentukan oleh genetika. Beberapa penelitian berdasarkan genetika mengenai musik sebagai perilaku yang kompleks juga telah banyak dilakukan. Ada yang tetap berkeyakinan bahwa musik berasal dari evolusi kuno dan musikalitas adalah kapasitas manusia yang dimiliki oleh semua makhluk hidup termasuk primata atau bahkan burung.
                Untuk merunut asal-usul musik, Marler (2000) menggunakan metode “phonocoding”, yaitu suatu cara menghasilkan warna suara baru dengan mengkombinasi-ulang suara yang ada guna menghasilkan sinyal yang berbeda. Hal itu dilakukan untuk menunjukkan bahwa musik dan suara kicauan suara burung memiliki ciri0ciri yang signifikan  yaitu sinyal mereka memiliki pertautan evolusioner. Walau dikatakan bahwa suara yang dihasilkan manusia sama kompleks dengan yang dihasilkan burung, tetapi tidak demikian dengan primata. Sehingga para peneliti menyimpulkan bahwa hubungan antara musik dan manusia dan nyanyian burung adalah analogi bukan homologi. Artinya, hanya memiliki kemiripan.
                Miller (2001) mengatakan bahwa perilaku musik yang rumit dalam sebuah pertunjukan musik adalah sama dengan wujud dari kapasitas yang diwariskan sejak nenek moyang primata untuk menunjukkan sifat “protean” nya. Yakni merupakan sebuah perilaku/tingkah yang terprediksi dengan maksud ingin menarik perhatian pasangannya. Bagi Miller, musikalitas adalah perilaku yang terkondisi secara genetis. Sedangkan tingkat ekspresi musikalitas diperoleh dari sifat genetika yang berbeda dalam perilaku protean.
                Ketika manusia saling berinteraksi, maka terjadi proses yang saling menambah tingkat pemahaman yang akan berperan sebagai sebuah budaya tersendiri yang secara signifikan ikut berperan dalam memahami persepsi dan juga kognisi. Perkembangan perilaku musikal pada kenyataanya sangat dipengaruhi oleh proses evolusi didalam hal pikiran. Ada beberapa bukti yang menunjukkan tentang anak-anak yang lebih cepat mengembangkan kompetesi dalam hal musikal sebagai hasil dari proses belajar oleh karena melibatkan interaksi yang sejalan dengan lingkungannya. Bayi yang masih sangat belia secara cepat dapat mengisyaratkan perilaku bereaksi secara mengejutkan terhhadap pengalaman yang kadang dirasa melawan hukum fisik.

                Terutama sekali mereka merespons suara melalui ekspresi wajah yang berbeda. Pandangan ini dilengkapi dengan aspek biologi intuitif, fisik, dan psikologi. Bayi belajar bahasa secara cepat dan terampil, seolah mereka datang ke dunia “terutama” sekali hanya untuk bahasa walaupun pada prosesnya dibutuhkan kontinuitas interaksi dengan orang lain. Peristiwa di dalam sebuah evolusi dapat dianggap sebagai tindakan pikiran guna mempertajam kecenderungan-kecenderungan yang belum dimiliki. Sehingga usia bayi dan anak-anak adalah masa yang cepat untuk mengerti informasi -informasi tertentu tanpa kita perlu mengajarkannya.

No comments:

Post a Comment

Designed By Published.. Blogger Templates