Breaking News

Friday 18 March 2016

Suara dan Stimulus Fisik

Salam…

Suara dan Stimulus Fisik

Semoga pembaca berada pada keadaan yang sangat menggembirakan, pada kali ini saya akan menulis sedikit tentang musik yang saya kutip dari penulis Djohan dalam bukunya yang berjudul Psikologi Musik cetakan #3.
                Dari aspek akustik, pertanyaan yang menarik dalam Psikologi Musik adalah bagaimana proses fisika bunyi dapat menghasilkan sebuah sensasi bunyi/suara. Misalnya saja produksi sebuah suara yang dapat ditunjukkan dengan bantuan misalnya seutas senar. Bila kita memetik sebuah senar yang kedua ujungnya terikat dengan kencang, maka dapat dilihat secara kasat mata adanya vibrasi. Kemudian, vibrasi ini dikomunikasikan pada sumber bunyi dan vibrasi ini akan mengelilingi partikel-partikel udara. Lalu akan terseusun sebuah vibrasi yang menggetarkan selaput telinga. Gelombang vibrasi ini menyebar dari telinga bagian dalam menuju pusat auditori di otak.kejadian tersebut membuktikan bahwa udara memainkan peran dalam proses memproduksi suara. Jika senar yang bergetar diletakkan pada ruang hampa dibawah bejana kedap suara, maka tidak ada suara yang terdengar. Tetapi bila udara dipompakan ke dalam bejana maka suara yang terdengar akan sangat jelas.

                Bila diperhatikan gerakan senar dari dekat, akan ditemukan sebuah periodisasi yang pasti. Misalnya, setiap titik dari senar yang bergetar secara konstan akan kembali ke posisi semula setelah periode waktu tertentu. Ini mengindikasi gerak senar tersebut adalah periodik dan berulang secara tepat seusai periode waktunya. Oleh karena itu, senar yang diikat secara pasti akan menghasilkan getaran yang teratur. Posisi kedua ujung senar (A-B) tidak berubah selama terjadi getaran, ini disebut dengan istilah nodes. Titik dengan pemindahan yang maksimum (a) disebut dengan istilah antinodes. Titik a, c, b yang menandai pancaran olasi (ayunan) mencapai pemanjangan maksimum pada titik a.
                Getaran suara yang alami dapat  dilihat dengan lebih sempurna pada garpu tala, bila garpu tala di pukulkan pada suatu benda padat maka akan terjadi vibrasi. Getaran yang dihasilkan sangat mudah dirasakan dengan menyentuh ujung garpu tala melalui jari-jari kita. Vibrasi pada alat musik memiliki bentuk yang kompleks. Maka serumit apapun sebuah vibrasi tetap dihasilkan oleh getaran yang sederhana (Teori Fourier). Selanjutnya, bila kita melihat senar yang bergetar tadi dengan seksama maka tampak setiap titik yang bergetar memiliki gerak maju-mundur sendiri.
                Titik a di pusat senar yang pertama bergerak pada bagian a-b kemudian ke bagian b-c, akhirnya kembali ke titik a lagi. Total gerakan titik a yang bergoyang (daerah a-b dan b-c) disebut “vibrasi penuh”. Untuk titik a1, daerahnya adalah pada wilayah a1-d-e-a1 yang menunjukkan vibrasi penuh. Bila dilihat dari posisi ekulibiriumnya (keseimbangan). Maka pemindahan maksimum dari setiap titik disebut amplitudo. Sehingga amplitudo untuk titik a adalah bagian dari (a-b) atau (a-c); titik a1-d (atau a1-e).

Intensitas sensasi suara yang dihasilkan berasal dari relasi langsung getaran amplitudonya. Bila suara makin keras maka intensitas semakin besar dan getar senar juga semakin menyimpang dari titik berhenti/ semula. Sehingga diperoleh hukum: intensitas suara akan meningkat seiring dengan getaran amplitudonya. Namun tidak semua getaran suara secara periodik dapat dirasakan oleh telinga manusia sebagai sebuah suara. Selain amplitudo, masih ada karakter vibrasi lain yaitu waktu yang dibutuhkan seperti pada a-b-a-c-a (gambar 2) yang disebut waktu-getar. Waktu getar biasanya ditandai dengan hitungan detik dan jumlah angka ang berada di dalam satu getaran disebut frekuensi.
Hubungan antara waktu getar dan frekuensi getar yang secara matematis diekspresikan sebagai: makin besar waktu getar (periodisasi vibrasi) maka makin rendah angka getarnya (frekuensi getaran). Sensai suara dengan frekuensi terikat dengan  pitch sebuah nada akan tergantung pada jumlah getaran atau panjang gelombang. Makin besar frekuensi getarannya maka makin tinggi pula nada yang terdengar. Kemudian karakter terakhir dari suara dalam kaitannya dengan sensasi adalah kualitas suara atau warna suara (timbre).

Ketiga karakter fisika bunyi diatas itula yang menjadi stimuli pendengaran dan menimbulkan sensasi akustik. Pada prinsipnya, musik berisikan ketiga materi tersebut yang kemudian diorganisir melalui dimensi cepat-lambat; tinggi-rendah; keras-lembut; panjang-pendek dengan atau tanpa lirik. Keseluruhan penataan materi akustik yang melibatkan impresi estetis dan teknik kompositoris penciptanya menjadikan serangkaian stimuli suara tersebut akan direspons oleh reseptor baik secara fisiologis maupun psikologis. Perpaduan kinerja kognitif dan afektif melalui materi alamiah ini disebut dan dikenal dengan sebutan musik, sehingga musik merupakan stimulus paling mendasar yang tidak bisa dielakkan dalam kehidupan.

No comments:

Post a Comment

Designed By Published.. Blogger Templates