Breaking News

Wednesday 16 March 2016

Hubungan Psikologi dengan musik

Salam…

Hubungan Psikologi Dengan Musik

Semoga pembaca berada pada keadaan yang sangat menggembirakan, pada kali ini saya akan menulis sedikit tentang musik yang saya kutip dari penulis Djohan dalam bukunya yang berjudul Psikologi Musik cetakan #3.

Pada mulanya, banyak peneliti beranggapan bahwa kognisi musik adalah domain yang tersendiri karena sebelumnya telah menandai domain tradisional seperti kognitif, psikomotor, dan afektif pada hal secara psikologis, aktifitas musik yang meliputi persepsi dan dan kognisi tidak harus ditanggapi secara apriori karena aktifitas musikal juga merupakan salah satu aspek perilaku hidup manusia. Selama ini perkembangan penelitian yang mutakhir terhadap perilaku musikal pasti menyertakan proses kognitif dan persepsi. Untuk itu psikologi kognitif dengan disiplin ilmu terkait lainnya menjadi penting dan secara ekologis merupakan penemuan yang konklusif dalam proses interdisiplin psikologi dan musikologi. Dengan demikian tentu akan lebih sempurna bila memahami perilaku musikal dengan melibatkan kajian multidisiplin.
Pada hakekatnya, musik merupakan hasil produk otak. Maka, elemen vibrasi (fisika dan kosmos) dalam bentuk frekwensi, amplitudo, dan durasi belum akan menjadi suatu musik bagi seorang manusia sampai saat semua itu ditransformasi secara neurologis dan diinterpretasikan melalui otak menjadi: Pitch (nada-harmoni), timbre (warna suara), dinamika (keras-lembut), dan tempo (cepat-lambat). Transformasi kedalam musik dan respons manusia (prilaku) adalah unik untuk dikenali (kognisi), karena otak besar manusia berkembang dengan amat pesat akibat dari pengelaman musikal sebelumnya.
Kemudian, psikologi tentang ilmu pikiran dan perilaku akan menjadi suatu pengetahuan mendasar yang sangat dibutuhkan bila ingin mengetahui bagaimana persisnya kinerja sensori menghasilkan peningkatan perkembangan otak serta memperkaya kehidupan manusia. Sementara pengetahuan kognisi berkewajiban memastikan hubungan semua saraf sensori (indera), motor, koneksi, antar saraf dan saraf  otak layaknya sebuah komputer raksasa. Didalamnya termasuk pembahasan aspek belajar yang mencakup pemahaman juga efisiensi komunikasi dari fungsi saraf manusia.
Istilah sensori informasi dalam pembahasan Psikologi Musik diartikan sebbagai rekaman pengalaman yang dapar mengarahkan perilaku musikal seseorang. Pandangan ini, dalam psikologi lebih dilandasi oleh pendekatan humanistik. Orientasi humanistik didasarkan atas prinsip bahwa manusia adalah makhluk yang sadar akan kebebasan dan bertanggung jawab  untuk mengatur hidupnya. Kebebasan itu pada akhirnya menghasilkan karakter yang membuat seseorang menjadi unik, berbeda dari yang lain, tidak memiliki cara yang sama dalam merespons kejadian maupun berperilaku. Secara sederhana dapat diartikan, setiap orang hanyalah imitator dari contoh yang telah tersedia dan menjadi penemu cara-cara baru dalam meresepsi dan merespons.
Hampir semua manusia merupakan produk dari lingkungan dan terutama sekali berdasarkan sifat untuk harus belajar tentang segala sesuatu. Tetapi tidak boleh dilupakan pula bahwa segala tindakannya terbatas. Manusia  bertindak karena  didesak oleh kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Keunikan manusia (rentan untuk dipengaruhi dan dipersuasi) adalah bahwa ia dapat dan harus menjadi dasar dalam segala lingkungan yang bersifat transenden. Sejarah menunjukkan bahwa manusia selalu melampaui apa yang dipercayai orang sebagai batas akhir atau yang disebut potensi. Sebagai contoh, kemampuan kogintif seseorang anak berkembang lebih awal dari apa yang diperkirakan sebelumnya. Oleh sebab itu, saat ini mulai disadari bahwa pendidikan anak prasekolah adalah penting, bahkan pendidikan pra kelahiran pun mendapat perhatian serius.
Terkait dengan musik, kapankah tepatnya pengalaman rasa musikal dimulai? Lingkungan musikal pada anak sejak lama telah menjadi fokus penelitian neurolog, psikolog, dan musikolog yang menghasilkan banyak penemuan tentang efek musik dan suara. Misalnya laporan penelitian bidang medis dan neurologis yang mengatakan bahwa pada 38 minggu masa kehamilan, janin seudah selektif merespons musik. Kemudian para ahli berpendapat, bukti itu menunjukkan bahwa proses belajar sebenarnya telah dimulai jauh sebelum terjadinya kelahiran. Apalagi selama dua bulan terakhir masa kehamilan sangat memungkinkan untuk mengkondisikan pengalaman musikal janin dalam kandungan.
Tetapi secara akustik perlu dicermati bagaimana suara musik dapat didengar oleh janin yang sangat tergantung kepada kekuatan kepekaan permukaan halus kulit ibu, jarak antara tulang tengkorak janin serta saluran terdekat dari konduksi tulang. Karena suara musik yang akan dideteksi oleh janin merupakan produksi dari mekanisme vibrasi melalui kulit perut ibu. Kulit perut ibu hamil akan menjadi transmisi vibrasi yang efektif terutama bila tidak banyak cairan amniotik. Perkembangan selanjutnya adalah keyakinan bahwa pengalaman auditif sangat penting bagi janin. Karenanya proses edukasi ini dapat disasumsikan sama pentingnya dengan pengalaman musikal pada masa-masa awal tumbuh-kembang anak.
Sensori atau indera pendengaran selain peciuman merupakan perkembangan pertama dari ke-lima indera janin yang bisa distimuli melalui musik. Karena dipercaya secara tidak langsung dapat meningkatkan fungsi otak. Hodges (2000) mengatakan, manusia akan makin memahami hidup berkat adanya lingkunan (musika) yang secara fisik menghasilkan perubahan reaksi pada otak (mengikat dan membentuk). Musik diyakini dapat mempengaruhi perkembangan otak diawal kehidupan karena sifatnya yang plastis. Stimuli musik pada awal perkembangan juga dapat memberikan pengaruh untuk jangka waktu yang panjang. Sebaliknya, awal pengalaman yang negatif (tanpa lingkungan musikal) akan menghasilkan konsekuensi dramatik yang berkepanjangan.
Interaksi antara psikolog dan musik kemudian juga ditunjukkan oleh berkembanya disiplin Terapi Musik yang secara kontekstual mengusung pentingya pengalaman musikal dalam kehidupan manusia. Gangguan mental secara psikologis dapat diintervensi melalui sifat traupetik yang dimiliki elemen-elemen musik. Psikolgi yang awalnya dimengerti sebagai ilmu tentang jiwa (psike sederajat dengan jiwa atau pikiran, logos sama dengan sains), pada perkembangannya tidak lagi membedakan antara apa yang diperhatikan tubuh dan apa yang dimiliki pikiran. Dengan demikian aplikasi Psikologi Musik juga tidak terpengaruh dengan pemisahan antara jiwa/pikiran dan fisik/tubuh. Karena semua itu dapat berdasarkan pada perilaku musikal seseorang baik secara individual maupun holistik.
Keyakinan yang terutama adalah setiap orang memerlukan musik (tidak ada satupun masyarakat/budaya yang tidak memiliki musik). Oleh sebab itu apakah sebenarnya musik? Walau dikatakan bahwa musik memiliki semua karakter yang lumayan penting jika dilihat dari sistem kimia, genetika, dan bahasa manusia. Juga disebutkan bahwa perasaan manusia terikat dengan musik karena memiliki konsistensi dan lingkungan yang sama dalam merespons musik. Sebab, respons terhadap musik terjadi dari proses kognitif yang menyertakan emosi dalam wujud perilakunya. Sehingga sangat masuk akal untuk melakukan pendekatan kognitif dalam memahami efek stimuli musik. Dalam artian betapa pentingnya interaksi antara musik dan psikolog. Karena selain psikolog tertarik akibat adanya interpretasi perilaku manusia dan juga karena musik merupakan bentuk konkret perilaku manusia yang unik dan saling pengaruh-mempengaruhi. Dengan demikian, secara saintifik terjadi eksplorasi pengaruh musik terhadap perilaku seperti halnya respons perilaku dari musik.
Menurut The American Heritage Dictionary (1982), psikologi didefinisikan sebagai “karakteristik emosional dan perilaku individu, kelompok, atau aktifitas”. Pengertian psikologi kemudian menjadi lebih luas dari hanya kajian perilaku manusia. Eksplorasi atistik dan saintifik di atas menyebabkan pengembangan strategi penelitian yang juga megikut sertakan ilmu neurologi, fisika, fisiologi, psikologi, dan sosiantroppologi. Aplikasi dari banyak hasil penelitian seperti di atas telah dimanfaatkan oleh bidang komposisi musik, pendidikan musik, sejarah musik, pertunjukan musik, terapi musik, dan seni pertunjukan. Pada akhirnya, konsekuensi perkembangan ini akan menstimuli percepatan perhatian akan pentingnya esensi dan fungsi musik didalam kehidupan manusia.
Seperti yang disebutkan di atas bahwa musik adalah perilaku manusia, maka kajian komprehensif yang melibatkan musik dan psikologi dinamakan psikologi musik. Sekaligus, musik juga dapat menjelaskan upaya-upaya manusia yang disebut psikologi. Melalui konteks ini, psikologi dan musik dapat dilihat sebagai kata sifat juga kata benda seperti halnya proses dan produk. Menurut bapak Psikoloogi Musik, Carl Seashore (1938) Psikologi Musik “dapat disebut sebagai psikologi estetika dalam musik, pengetahuan estetika musik atau estetika musikal”.
Secara lebih khusus sebenarnya apa isi dari Psikologi Musik? Mungkin deskripsi model molekul dibawah dapat memberikan gambaran yang lebih jelas.

Musik didefinisikan sebagai suara dan diam yang terorganisir melalui waktu yang mengalir di jalur (dalam ruang), namun beberapa pendapat dan kesimpulan sementara dan pertanyaan yang muncul: Musik—Suara—Vibrasi(?). dan vibrasi (energi) merupakan esensi dari segala jenis (massa). Tetapi bila musik adalah suara yang terorganisir, apakah kita dapat memperoleh pemahaman yang jauh lebih baik dari esensi musik jika mengkaji suara yang tidak terorganisir atau suara ribut? Dapatkah kita akan menjadi lebih baik bila memahami musik dan pengaruhnya bila juga memahami pengaruh non-musik (ribut)? Melalui cara apakah jenis suara musikal dan non-musikal mempengaruhi perilaku manusia dan alam bawah sadarnya? Apa efek biologisnya? Fisiologis? Neurologis? Psikologis? Sosiologis? Antropoplogis? Akustik? Terapiutik? (Eagle, 1978).
Melalui penemuan dan metode yang digunakan dari berbagai pengetahuan, dapat diperoleh pemahaman yang lebih signifikan yaitu, “musik adalah bentuk perilaku manusia yang sediktinya memang unik dan memiliki pengaruh yang kuat”. Salah satu aspek yang membangkitkan minat menggeluti ilmu pengetahuan adalah mereka tidak bebas dari yang lainnya tetapi sungguh-sungguh interelasi. Sama halnya bila kita mendengar terminologi psikologi, psikotik, biokimia, atau neuropsikiatri. Secara sepintas, mestinya disiplin psikologi dapat memperlihatkan bagaimana psikologi menggunakan interpretasi dan aplikasi hasil penemuan dari berbagai disiplin. Seperti yang dikatkan Hargreaves (1986) bahwa Psikolohi Musik:
“Termasuk penelitian neurologis dan fisiologis dari dasar biologis musik seperti persepsi, kajian belahan otak, akustik dan psikotik dari mekanisme persepsi auditori, psikologi kognitif, analisis psikometri keterampilan musik..; psikologi sosial aspek estetis dan afektik dari pengaruh mendengarkan musik...; mengaplikasikan kajian tersebut dalam ranah terapi, pendidikan, industri dan sebagainya.”

Seorang psikolog musik kemudian harus “bisa bertanggung jawab dan berinisiatif ”pada pekerjaan yang terintegral”. Yaitu, seorang psikolog musik harus bisa bermain didalam suatu ruang lingkup interdisiplin bahkan multidisiplin dalam upaya menemukan jawaban atas pertanyaan tentang pengaruh dan respons. Untuk itu dibutuhkan penggabungan seni dan pengetahuan musik, mengasimilasi dan memberi informasi dari unit tersebut, serta bertanggung jawab untuk diseminasi hasil penggabungan itu kedalam praktik pendidikan, kurikulum dan praktik klinis, penelitian, dan model-model teoritis lainnya.

No comments:

Post a Comment

Designed By Published.. Blogger Templates