Salam…
Perilaku Musikal
Semoga pembaca
berada pada keadaan yang sangat menggembirakan, pada kali ini saya akan menulis
sedikit tentang musik yang saya kutip dari penulis Djohan dalam bukunya yang
berjudul Psikologi Musik cetakan #3.
Serangkaian
hasil penelitian yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa ciri-ciri sebuah
proses evolusi pikiran sulit dideteksi melalui perilaku orang dewasa. Justru
yang mudah dikenalidan tampak adalah pada kapasitas pikiran bayi. Hasil
penelitian Trehub, dkk (1997), menunjukkan bahwa bayi usia enam bulan telah
“mamp menjadi pendenganr” yang baik. Misalnya, mereka sensitif terhadap bentuk
melodi yang konstan, walaupun melodi serta pola naik-turun dengan perubahan Pitch tetap akan direspons sebagai musik
yang sama.
Selain
itu juga diketahui bahwa bayi telah menunjukkan serangkaian perilaku “proto-musikal” dalam interaksi mereka
dengan pengasuhnya. Bentuk komunikasi timbal balik dengan berbagai Pitch dan tempo juga dilakukan lewat metode
seperti di dalam musik. sifat proto-musikal
tersebut tidak hanya mendengarkan bunyi/suara tetapi juga ikut memproduksi dan
merespons secara aktif. Menurut banyak ahli, sinkronisasi vokal yang teratur
serta pola kinestik pengasuh akan melengkapi bayi dengan sensori informasi multi-modal termasuk informasi visual.
Jadi,
untuk mengetahui kecenderungan musikalitas yang dimiliki manusia lebih tepat
dimulai dengan mempelajari bagaimana cara bayi memahami orang dewasa. Walau
dalam budaya tertentu aktifitas musikal lebih sering dianggap sebagai produk
dari kekuatan evolusioner. Kecenderungan untuk menjadi musikal seeperti pada proto-musikalitas bayi sederhananya
lebih dari sekadar tendensi untuk mendengarkan (pendengar yang kompeten).
Seorang
bayi dapat memperkirakan penyesuaian Pitch
dari suara yang didengarnya termasuk
memebedakan antara versi perubahan dan perpaduan serangkaian nada. Anak-anak
sudah mampu memproduksi sebuah frase pendek dalam berbagai variasi dengan Pitch yang tepat. Oleh sebab itu,
kemampuan untuk menghasilkan Pitch secara akurat dan apresiatif terhadap tangga
nada serta kunci nada dasar telah berkembang ketika awal usia sekolah.
Perubahan yang terjadi dalam serangkaian tangga nada yang teratur lebih mudah
dideteksi dari pada rangkaian yang acak. Dan, pilihan yang timbul untuk
mengakhiri sebuah kalimat melodi lebih pada nada yang stabil dari kunci yang
terdengar.
Secara
spesifik, dapat dikatakan bahwa serangkaian musik terjadi dari hasil sebuah
eksplorasi dari interaksi. Sebagai contoh, setiap anak yang secara kooperatif
terlibat di dalam aktifitas/kegiatan musikal yang akan menginterpretasikan
aktifitas tersebut sebagai sesuatu hal yang berbeda, karena aktifitas musik
yang ternyata kolektif tersebut tidak memiliki suatu ancaman/potensi konflik.
Musik bukan hanya memberikan anak sebuah media interaksi sosial, ruang bebas
resiko untuk mengeksplorasi perilaku sosial tetapi juga menimbulkan akibat
sebaliknya berupa potensi aksi dan transkasi.
Pada kenyataannya, intervensi
musik secara aktif dan simultan dapat membantu perkembangan kapasitas kognitif. Musik atau proto-musikal yang menimbulkan kesan “metaphorical” (kiasan). Rekreatif, serta menjaga fleksibilitas
kognitif itu jugalah yang pada akhirnya membedakan manusia dengan makhluk lain.
Tentu saja, musik untuk bayi dan anak berbeda dengan untuk orang dewasa dalam setiap
budaya. Kandungan kapasitas ganda sebagai karakter proto-musikal yang mampu menyokong fungsi sosial dan
mengkontribusikan makna musik memang bukan sebagai penentu. Tetapi perilaku proto-musikal memiliki peran
fungisional dalam perkembangan manusia secara umum.
Implikasinya
adalah terjadi evolusi kognitif secara multi domain melalui penyebaran dengan
cara disengaja. Dalam teori Karmilofo-Smith (1992) dikatakan, seorang bayi
dapat dianggap telah memiliki bawaan khusus yang secara implisit pasti akan sampai
kepada domain representasi (tingkat II). Kejadian kompleks yang dianggap
sebagai proto-musikal adalah ketika
terjadi komunikasi langsung antara seorang pengasuh dengan bayi yang
digendongnya. Aktifitas simultan tersebut telah menjadi isyarat bagi kemampuan
multi representasi bayi dalam domain yang berbeda.
Dengan
kata lain, kejadian kompleks yang disertai kelengkapan proto-musikal hanya dapat diikuti oleh bayi melalui satu syarat
yaitu, informasi tersebut masih berada dalam satu domain. Kalau representasi
tingkat-1 diisyaratkan dalam domain yang tidak semestinya maka hal itu disebut
“ribut”. Tetapi bila peristiwa yang kompleks diulang dalam frekuensi secukupnya
maka “ribut” tersebut mungkin mulai mendapat respek sebagai sebuah bentuk
representasi domain yang diikutinya. Kejadian berulang yang teratur dari lintas
domain dalam konteks perulangan proto-musikal
dapat membantu untuk menentukan representasi tingkat-E1, tetapi tidak
mengarah pada kesadaran verbal dan tidak pula ditambah informasi lintas domain
yang berbeda. Maka pada tingkat-E1 terdapat representasi dengan
“intensionalitas ganda”.
Proses
representasi dan redeskripsi yang dimili bayi akan mengendap melalui atribut proto-musikal saat berinteraksi dengan
si pengasuh. Representasi ini akan mengalami perluasan sejalan dengan
berkembangya domain yang berbeda seiring dengan perkembangan kompetensi bayi.
Bila dikatakan bahwa bayi memiliki multi kehidupan dan secara implisit memiliki domain yang berbeda , maka semua
atau sebagian hal tersebut disebabkan oleh faktor: fisik, gross motorik, fine motorik,
linguistik, sosial, dan emosional.
No comments:
Post a Comment