Salam…
Kemahiran Bahasa
Semoga pembaca
berada pada keadaan yang sangat menggembirakan, pada kali ini saya akan menulis
sedikit tentang musik yang saya kutip dari penulis Djohan dalam bukunya yang
berjudul Psikologi Musik cetakan #3.
Kemahiran Bahasa
Makna
kedua dari manfaat yang diperoleh melalui musik adalah dalam hal kemahiran
berbahasa. Kemahiran bahasa adalah salah satu langkah terpenting bagi spesies
manusia untuk mempertahankan dan memperpanjang usia hidup. Oleh sebab itu
atribut yang membantu proses ini haruslah yang terbaik atau pilihan. Aspek
musikal dari bahasa seperti garis melodi, variasi timbre, dan ritme juga
merupakan aspek terutama dalam bahasa. Salah satu hasil dari perbincangang
mengenai hubungan ibu-bayi adalah si bayi menjadi termotivasi untuk merekognisi
dan merespons pola suara yang kelak diperlukannya untuk persepsi bahasa. Ketika
orang tua berkomunikasi dengan bayinya, cara “baby talk” (bahasa bayi)
secara alamiah telah menegaskan aspek melodi, timbre, dan ritme melalui lidah
alamiahnya.
Misalnya
kita dapat mengamati hasil eksperimen yang menunjukkan bagaimana bayi memberi
sinyal terhadap suara yang mereka dengar. Seorang bayi yang berusia 3 bulan
ditunjukkan dua gambar kartun secara simultan disertai satu musik latar. Si
bayi tampak menatap secara selektif gambar yang ditunjukkan sambil mendengarkan
suara yang terdengar menyertai gambar tersebut. Pada eksperimen kedua, kedua
gambar kartun dirangkap menjadi satu sambil tetap diperdengarkan musik latar.
Ketika kedua gambar kartun dipisahkan, si bayi tampak mengikuti gambar yang
memiliki suara musik latar. Hal ini secara jelas menunjukkan bahwa bayi sudah
memiliki mekanisme untuk berorientasi pada suara.
Ritme
juga memainkan peran penting dalam kemahiran bahasa. Bayi akan menggerakkan
anggota tubuhnya ketika mendengar percakapan di sekelilingnya (Bohannan, 1983).
Jika mereka mendengar bahasa yang berbeda, maka ritme mereka juga akan berubah
secara perlahan. Aktivitas ritmis dalam kemahiran bahasa menjadi penting
sebagai dasar untuk memperoleh aspirasi kognitif dan interelasi antara
kognisi dengan afeksi. Menurut Campbell
(1986), kemampuan menginterpretasikan keberadaan interval untuk bahasa dan
musik hanya ada dan dimulai ketika bayi berinteraksi dengan lingkungan dan
orang-orang terdekatnya.
Secara
simultan dengan kemahiran mekanisme mendengarkan dan memproduksi bahasa, bayi
belajar mengumpulkan informasi berguna lainnya melalui aspek musikal dari
komunikasi. Mereka belajar bahwa ada pesan non-verbal penting yang harus
dikirim dan diterima. Walau kebanyakan ungkapan yang mereka ucapkan masih dalam
berbagai variasi pemahaman yang tak terbatas. Melalui beberapa maksud seperti
bahasa tubuh, konteks dan terutama melalui aspek musikal dari bahasa (prosody),
maka seseorang dapat mengekspresikan makna “sebenarnya” dari arti di balik
sebuah kata.
Pada
terminologi evolusi biologis dikatakan bahwa otak dilengkapi dengan sistem
saraf yang memiliki kemampuan untuk memproduksi dan menginterpretasikan pesan
verbal dan non-verbal sebagai langkah penting dalam hidup. Satu keuntungan dari
aspek musikalnya otak adalah terhadap kemahiran bahasa. Bayi secara otomatis
akan terpengaruh untuk berorientasi terhadap suara. Sementara orang dewasa yang
menggunakan bahasa motherese untuk memotivasi bayi, akan memberi perhatian kepada
garis melodi, timbre dan ritme kata dan kalimat yang diucapkan. Bayi juga
belajar menerima dan memancarkan suara bahkan dengan muatan emotif dan
kognitif.
No comments:
Post a Comment