Salam…
Mengapa Manusia Musikal ?
Semoga pembaca
berada pada keadaan yang sangat menggembirakan, pada kali ini saya akan menulis
sedikit tentang musik yang saya kutip dari penulis Djohan dalam bukunya yang
berjudul Psikologi Musik cetakan #3.
Mengapa Manusia Musikal ?
Bila
memperhatikan musikalitas manusia, seseorang layak merasa ajaib mengapa kita
bisa musikal dan bagaimana terjadinya? Cukup mengherankan bila banyak
pernyataan dalam berbagai literatur yang seolah tidak menemukan jawabannya.
Misalnya pernyataan Brown (1981) “Sejauh yang satu tahu, keterampilan musik itu
tidak penting”. Setelah itu Downing dan Harwood (1986) “Reaksi terhadap musik
tidak secara jelas terkait langsung dengan biologis”. Seseorang “harus bertanya
mengapa evolusi memberi kita perlengkapan bawaan yang sedemikian kompleks
dimana tidak ada bukti dan nilai yang jelas” (Lerdahl dan Jackendoff, 1983).
“Mengapa kita merespons musik secara emosional sementara pesan di dalamnya
tidak jelas?” (Roeder, 1982). “Mengapa kita memiliki musik dan membiarkannya
menempati kehidupan ini tanpa alasan yang jelas?” (Minsky, 1982).
Sebenarnya
maklumat di atas lebih menunjuk pada sikap praduga, sementara saat ini sudah
menjadi semakin jelas bahwa setiap manusia secara biologis memiliki “jaminan
musikalitas” (Wilson 1986). Hal ini disebabkan karena bawaan genetis yang
menciptakan otak dan tubuh, cenderung musikal. Seperti kita lahir dengan
kemampuan bahasa kemudian bahasa yang dipelajari secara khusus tersebut ditentukan
oleh budaya. Sama halnya kita lahir dengan kemampuan untuk respons terhadap
musik dari budaya sendiri. Jika musik tidak menganugerahkan kelangsungan hidup
yang tidak menguntungkan mengapa pada manusia telah tersedia struktur neurofisiologis?
Mengapa manusia berkembang menuju sifat spesies yang global?
Tempat
yang sekiranya tepat untuk mulai mencari dan menemukan jawaban atas fokus
permasalahan di atas adalah pada teori evolusi. Salah satu kelengkapan yang
menganugerahkan manfaat bagi manusia baik melalui mutasi genetis atau adaptasi
dengan lingkungan adalah melalui keturunan. Anggota spesies yang lebih kuat
dengan segala kebajikan ini akan hidup lebih lama dan menghasilkan banyak
keturunan; maka perlengkapan yang dimiliki harus dipertimbangkan sampai semua
anggota memiliki atribut yang sama. Melalui cara ini harimau memperoleh
ketangkasannya dan jerapah memiliki leher panjangnya. Oleh sebab itu, cara
untuk memahami musik berdasarkan teori evolusi harus dimulai dari elemen
terutama dalam musik yaitu: irama
sebagai representasi dari tempo atau waktu.
Pada
prinsip fisika kuantum disebutkan
bahwa segala sesuatu yang ada di muka bumi ini berada dalam vibrasi. Jutaan
miliar atom bergetar per detik, sementara matahari bergetar secara periodik
dalam tiap lima menit (Chen, 1983). Melalui Helioseismologi, sebuah
kajian tentang osilasi matahari dan dari para astronom pula kita tahu bahwa
galaksi bumi dengan segala isinya ini penuh dengan vibrasi. Bila diamati secara
periodik, maka manusia hidup dalam suatu kehidupan yang menyerupai irama
lingkungan. Sama seperti musim yang silih berganti setiap tahun, fase peredaran
bulan, dan periode siang-malam dengan pola waktu yang teratur. Tubuh manusia
juga bekerja dengan irama yang terpola. Jantung dan pernafasan adalah dua
bagian tubuh yang berproses secara periodik. Kemudian gelombang otak, hormon,
bahkan pola tidur merupakan contoh lebih dari 100 osilasi kompleks yang harus
dimonitor oleh otak. Kronobiolog yang mempelajari irama
tubuh percaya bahwa irama adalah bagian penting dalam kehidupan. Bila terjadi
gangguan atau ketidakaturan pada irama hidup seseorang, maka yang bersangkutan
akan menderita sakit. Contoh, dysrhythmia dapat berupa gejala
autis, maniac depression, atau schizophrenia; dysrhythmia yang juga
mengindikasikan dyslexcia atau gangguan belajar lainnya (Bohannan, 1983).
Pengaruh
pengalaman ritmis sangat luas karena irama adalah faktor kritis dalam kemahiran
bahasa. Demikian pula dengan bayi yang menerima stimulasi melalui ayunan atau
gerak tubuh lainnya ketika digendong, selain dapat meningkatkan bobot,
mengembangkan daya pandang, dan ketajaman pendengaran juga meningkatkan
keteraturan siklus tidur. Dan, mungkin yang terpenting adalah kenyataan bahwa
cerebelum secara langsung berhubungan denagn sistem limbik khususnya pada
bagian hypothalamus yang dikenal sebagai pusat kesenangan. Pada
akhirnya disimpulkan bahwa aktivitas gerak tubuh dapat menimbulkan rasa senang.
Bayi
yang kehilangan atau kurang kesempatan untuk melakukan banyak gerak dapat
berakibat pada gagalnya perkembangan otak yang memfasilitasi rasa senang.
Integrrasi ke dalam lingkungan ritmis telah dimulai sejak lahir diawalai dengan
irama pernafasan dan berjalan seiring dengan adaptasi bayi terhadap siklus
irama lingkungan tempat kehidupannya. Baru, setelah beberapa bulan kemudian
berlanjut dengan pola kehidupan keluarga, khusunya siklus aktivitas orang tua
bekerja dan istirahat. Maka pada akhirnya akan mempertajam irama sosial sang
bayi. Kondisi ini sangat penting karena hampir semua dasar dari interaksi
sosial adalah berirama.
Para
peneliti menemukan bahwa “orang yang terlibat dalam sebuah interaksi sosial
secara tanpa disadari bergerak ‘dalam ruang’ satu sama lain melalui koordinasi
ritme gerak dan isyarat yang seolah memperlihatkan semua karakter tarian”
(Montagu dan Maston, 1979). Aspek irama pada perilaku manusia sangat kuat untuk
menjadi serasi. Keserasian ini akan terjadi bila dua orang atau lebih yang
memiliki kesesuaian dalam irama yang sama. Contoh keserasian di luar manusia
misalnya pada migrasi burung yang terbang berganti-ganti arah nemun tetap dalam
bentuk formasi V.
Di
tengah-tengah semua aspek fisiologis, lingkungan, dan irama sosial, kiranya
penting untuk dipertimbangkan kenyataan bahwa manusia adalah makhluk yang bebas
dengan waktu. Pada saat yang sama strategi diperoleh otak dalam operasionalnya
mengetahui bahwa belajar dan mengingat akan memediasi hubungan antara
lingkungan internal pikiran dengan lingkungan dunia eksternal. Sama-sama
menyediakan keselarasan psikologis seperti halnya homeostatis yang
memfasilitasi kesetaraan biologis.
Pendengaran
adalah indera paling terutama sebagai tempat kita menghasilkan kedalaman penghayatan
hidup yang stabil. Jutaan tahun lalu
ketika dinosaurus menguasai bumi, mamalia, hanya memiliki sedikit hutan dan
berburu hanya dapat dilakukan pada malam hari demi keamanan. Berburu di malam
hari tentu membutuhkan indera pendengaran yang baik. Pada akhirnya evolusi
memfasilitasi kita dengan kapasitas untuk dapat menginterpretasikan suara.
Dengan demikian pemikiran di atas memberikan alasan bahwa manusia adalah
makhluk ritmis yang memiliki kemampuan untuk mengembangkan perilakunya secara
tepat.
Sebelumnya
manusia juga mungkin tidak tahu mengapa secara khusus diperlukan perilaku
musikal. Sementara dalam kesehariannya sudah mempraktikan bebrapa aspek ritmis
melalui kemampuan berbicara atau berkomunikasi yang esensinya sama dengan
musik. Apa keuntungan yang diperolah dari musik hingga manusia dikatakan
sebagai makhluk dengan ciri khusus? Apakah dikarenakan evolusi bekerja terlalu
lambat sehingga hanya satu fungsi saja yang berkembang dari setiap ciri
manusia? Secara alamiah sebenarnya terdapat banyak cara bagi musik untuk
memberikan manfaat bagi umat manusia. Semua itu diselenggarakan melalui (1) keterikatan antara ibu-bayi, (2) kemahiran bahasa, (3) pengetahuan yang unik, dan (4) organisasi sosial.
No comments:
Post a Comment