Salam…
Kohesi Ibu-Bayi
Semoga pembaca
berada pada keadaan yang sangat menggembirakan, pada kali ini saya akan menulis
sedikit tentang musik yang saya kutip dari penulis Djohan dalam bukunya yang
berjudul Psikologi Musik cetakan #3.
Kohesi Ibu-Bayi
Dari
sudut pandang evolusi budaya, saat ini dapat dipahami bila sebuah senyuman yang
dilontarkan seseorang dapat memiliki makna yang berbeda. Demikian pula dari
aspek biologis, ketika kelangsungan hidup terutama sekali terletak pada
seberapa intens keterkaitan seorang ibu dengan bayinya. Semua peristiwa
tersebut sama halnya dengan musik yang saat ini juga memiliki pemahaman
kultural yang demikian luas. Pada prinsipnya musik memiliki manfaat terutama
dalam kaitannya dengan keterkaitan antara ibu dan bayi. Namun untuk mencapai
kesimpulan yang lebih meyakinkan kiranya diperlukan pemahaman tentang sejarah
evolusi otak.
Australopithecus
africanus, primata kecil seperti manusia yang hidup hampir lima juta
tahun lalu memiliki volume otak sebanyak 500 cc (Jastrow, 1981). Dua juta tahun
berikutnya, ukuran otak berkembang dua kali lipat pada homo erectus dan isinya
menjadi 975 cc. Sekarang, volume rata-rata otak manusia adalah 1450 cc dengan
berat kurang lebih satu setengah kilogram. Saat masih di dalam kandungan, otak
janin berkembang dengan kecepatan 250.000 sel otak permenit. Ketika lahir,
berat otak adalah 12 persen dari berat tubuh walau kapasitasnya belum
berkembang sempurna. Sehingga dibutuhkan wakttu sekitar enam tahun
lamanya bagi otak untuk mencapai 90 persen ukuran otak dewasa dengan berat
rata-rata dua persen dari berat tubuh.
Hal
ini kontras dengan otak kera yang keitka lahir sudah memiliki 75 persen dari
ukuran otak kera dewasa. Jika janin manusia membawa “kondisi maksimum” dalam
pengertian perkembangan otak, maka kepalanya akan menjadi terlalu besar untuk
dapat keluar melalui saluran kelahiran secara normal. Sehingga solusi evolutif
terhadap masalah ini adalah setiap bayi yang baru lahir memiliki otak yang
tidak maksimum atau belum berkembang secara lengkap. Ketika lahir, tulang
tengkorak bayi belum terajut menjadi satu keatuan sehingga memberinya
kesempatan untuk meningkatkan massa otak.
Perilaku
manusia tidak instingsif tetapi diperoleh dari belajar dan bayi selama periode
ketergantungannya akan belajar banyak hal penting mengenai perilaku manusia.
Ibu dan bayi yang baru lahir satu sama lain dianugerahi banyak keuntungan fisiologis dan psikologis yang penting. Terutama perilaku yang pertama kali
teramati yaitu perilaku mencintai. Bayi belajar mencintai secara langsung dalam
lingkungan yang penuh cinta. Pentingnya interaksi cinta kasih ini tidak dapat
dipaksakan. Cinta dan afeksi seorang ibu dikomunikasikan kepada bayi melalui
beberapa cara, seperti berbicara, bernyanyi, dan menyentuh adalah tiga model
yang terpenting untuk berkomunikasi dengan bayinya.
Psikolog
menggunakan istilah motherese untuk menerangkan pola pembicaraan yang khusus
digunakan para ibu kepada bayinya. Aspek musikal dari motherese sangat penting
bukan hanya sebagai sumbangan pada kemahiran bahasa tetapi secara khusus adalah
mengkomunikasikan emosi. Jauh sebelum si bayi mulai berbicara, mereka telah
mahir membaca muatan emosi melalui pembicaraan, sebagian besar melalui
karakteristik musik-al motherese-nya. Di dalam praktik
komunikasi motherese, terdapat aspek pitch, timbre, dinamik, dan irama
yang direspons oleh bayi bukan dalam muatan verbal. Misalnya, kata-kata “kamu
anak jelek” yang dilontarkan secara lembut dengan tutur kata seperti bernyanyi
akan lebih mendapat respons positif dari kata “kamu anak manis” namun dengan penyampaian
secara berteriak dalam nada marah.
Tentu
saja sistem komunikasi yang terjadi di sini adalah dua arah. Demikian juga
dengan si bayi di kemudian hari akan belajar memberikan cinta seperti yang ia
terima. Vokalisasi merupakan cara
terutama bayi untuk mengekspresikan perasaannya (Robert, 1987). Bahkan dalam
hari-hari pertama mereka, bayi mulai menjalin hubungan dengan orang tuanya
melalui tangisannya. Pada bulan-bulan awal kehidupannya mereka mengembangkan
berbagai macam gaya tangisan sebagai bentuk komunikasi khusus dari bahasa bayi.
Perkembangan berbagai macam gaya tangisan merupakan perkembangan emosional yang
penting. Mereka memberi isyarat kepada orang tuanya mengenai kondisi mereka dan
pada akhirnya secara langsung telah menunjukkan kompetensi bahasa. Bayi belajar
menangis untuk mencari perhatian dan mengekspresikan perkembangan perasaannya.
Karena vokalisasi mereka nonverbal,
maka otomatis semua itu merupakan manipulasi dari pitch, timbre, irama, dan
dinamika yang kelak akan membentuk dasar sistem komunikasi mereka.
Keuntungan
yang diperoleh dari perilaku musikal dalam terminologi kohesi ibu-bayi dapat
disimpulkan dalam tiga tahap. Pertama,
seperti halnya peningkatan ukuran otak manusia yang berlangsung jutaan tahun,
perilaku pra-musikal diperlukan bayi sebelum otaknya berkembang utuh. Sama
halnya dengan peningkatan periode postpartum. Pembelajaran dimulai dari sikap
ketergantungan bayi secara total untuk jangka waktu tertentu karena ia belum mampu menolong diri sendiri. Kedua, periode ketergantungan bayi
adalah penting baginya untuk belajar menerima cinta dan afeksi. Penelitian
terhadap kondisi ini mengindikasikan bahwa bayi dengan usia yang kurang dari satu
tahun akan meniggal bila tanpa disertai rasa cinta yang cukup. Ketiga, elemen musikal adalah media
yang paling berarti untuk mengkomunikasikan cinta dan afeksi kepada bayi.
Aplikasi
dari elemen musikal tersebut berupa gerakan-gerakan ritmis seperti berayun,
bergerak dan modulasi pitch, timbre, dinamik dan irama melalui berbicara dan
bernyanyi. Sejalan dengan peningkatan kapasitas tengkorak dan panjang tubuh
bayi, mereka akan semakin responsif terhadap berbagai bentuk komunikasi
nonverbal. Seperti bebrapa contoh di atas, perilaku yang demikian disebut “pramusikal”, ketika evolusi budaya
dengan mudah memberikan manfaat yang melekat melalui terbangunnya sikap
responsif.
Bayangkan
bagaimana keberlangsungan hidup sekelompok suku di pedalaman yang hidup ratusan
tahun lalu. Bila kita mengamati seorang ibu yang duduk sambil menggendong bayi
dalam dekapannya. Bayi ini secara total tergantung pada ibunya untuk segala
keperluan dasar hidupnya mulai dari makanan, pakaian, tempat tinggal,
perlindungan selama hampir dua tahun bahkan masih akan tergantung untuk
beberapa tahun sesudahnya. Jika si bayi tidak merespons segala sesuatu yang
berhubungan dengan perilaku musikal
atau pra-musikal, bagaimana cara
sang ibu mengkomunikasikan cintanya, bagaimana si bayi dapat hidup? Dan jika si
bayi tidak bisa hidup bagaimana spesies seperti kita hidup? Untungnya si bayi
telah lahir dengan memiliki kapasitas ekspresi pra-musikal yang luar biasa.
Bagian
terbesar dari mekanisme respons bayi harus sejalan dengan hal-hal yang menyenangkan.
Kehangatan, jaminan keamanan, perjuangan bahkan lahirnya perasaan senang
merupakan bagian yang dibagikan kepadanya sejak awal. Bila semua respons
aktivitas pra-musikal ini terkirim
ke otak, maka bukankah dapat dipahami bila musik memberi kegembiraan jauh
sebelum evolusi mengembangkan perilaku pra-musikal
melalui, opera, gamelan, atau musik lainnya.
No comments:
Post a Comment