Salam…
Suara dan Stimulus Fisik
Semoga pembaca
berada pada keadaan yang sangat menggembirakan, pada kali ini saya akan menulis
sedikit tentang musik yang saya kutip dari penulis Djohan dalam bukunya yang
berjudul Psikologi Musik cetakan #3.
Dari
aspek akustik, pertanyaan yang menarik dalam Psikologi Musik adalah bagaimana
proses fisika bunyi dapat menghasilkan sebuah sensasi bunyi/suara. Misalnya
saja produksi sebuah suara yang dapat ditunjukkan dengan bantuan misalnya
seutas senar. Bila kita memetik sebuah senar yang kedua ujungnya terikat dengan
kencang, maka dapat dilihat secara kasat mata adanya vibrasi. Kemudian, vibrasi
ini dikomunikasikan pada sumber bunyi dan vibrasi ini akan mengelilingi
partikel-partikel udara. Lalu akan terseusun sebuah vibrasi yang menggetarkan
selaput telinga. Gelombang vibrasi ini menyebar dari telinga bagian dalam
menuju pusat auditori di otak.kejadian tersebut membuktikan bahwa udara
memainkan peran dalam proses memproduksi suara. Jika senar yang bergetar
diletakkan pada ruang hampa dibawah bejana kedap suara, maka tidak ada suara
yang terdengar. Tetapi bila udara dipompakan ke dalam bejana maka suara yang
terdengar akan sangat jelas.
Bila
diperhatikan gerakan senar dari dekat, akan ditemukan sebuah periodisasi yang
pasti. Misalnya, setiap titik dari senar yang bergetar secara konstan akan
kembali ke posisi semula setelah periode waktu tertentu. Ini mengindikasi gerak
senar tersebut adalah periodik dan berulang secara tepat seusai periode
waktunya. Oleh karena itu, senar yang diikat secara pasti akan menghasilkan
getaran yang teratur. Posisi kedua ujung senar (A-B) tidak berubah selama
terjadi getaran, ini disebut dengan istilah nodes. Titik dengan
pemindahan yang maksimum (a) disebut dengan istilah antinodes. Titik a, c, b yang menandai pancaran olasi
(ayunan) mencapai pemanjangan maksimum pada titik a.
Getaran
suara yang alami dapat dilihat dengan
lebih sempurna pada garpu tala, bila garpu tala di pukulkan pada suatu benda
padat maka akan terjadi vibrasi. Getaran yang dihasilkan sangat mudah dirasakan
dengan menyentuh ujung garpu tala melalui jari-jari kita. Vibrasi pada alat
musik memiliki bentuk yang kompleks. Maka serumit apapun sebuah vibrasi tetap
dihasilkan oleh getaran yang sederhana (Teori Fourier). Selanjutnya, bila kita
melihat senar yang bergetar tadi dengan seksama maka tampak setiap titik yang
bergetar memiliki gerak maju-mundur sendiri.
Titik
a di pusat senar yang pertama bergerak pada bagian a-b kemudian ke bagian b-c,
akhirnya kembali ke titik a lagi. Total gerakan titik a yang bergoyang (daerah
a-b dan b-c) disebut “vibrasi penuh”. Untuk titik a1, daerahnya adalah pada
wilayah a1-d-e-a1 yang menunjukkan vibrasi penuh. Bila dilihat dari posisi
ekulibiriumnya (keseimbangan). Maka pemindahan maksimum dari setiap titik disebut
amplitudo. Sehingga amplitudo untuk
titik a adalah bagian dari (a-b) atau (a-c); titik a1-d (atau a1-e).
Intensitas
sensasi suara yang dihasilkan berasal dari relasi langsung getaran
amplitudonya. Bila suara makin keras maka intensitas semakin besar dan getar
senar juga semakin menyimpang dari titik berhenti/ semula. Sehingga diperoleh
hukum: intensitas suara akan meningkat seiring dengan getaran amplitudonya.
Namun tidak semua getaran suara secara periodik dapat dirasakan oleh telinga
manusia sebagai sebuah suara. Selain amplitudo, masih ada karakter vibrasi lain
yaitu waktu yang dibutuhkan seperti pada a-b-a-c-a (gambar 2) yang disebut
waktu-getar. Waktu getar biasanya ditandai dengan hitungan detik dan jumlah
angka ang berada di dalam satu getaran disebut frekuensi.
Hubungan
antara waktu getar dan frekuensi getar yang secara matematis diekspresikan
sebagai: makin besar waktu getar (periodisasi vibrasi) maka makin rendah angka
getarnya (frekuensi getaran). Sensai suara dengan frekuensi terikat dengan pitch sebuah nada akan tergantung pada
jumlah getaran atau panjang gelombang. Makin besar frekuensi getarannya maka
makin tinggi pula nada yang terdengar. Kemudian karakter terakhir dari suara
dalam kaitannya dengan sensasi adalah kualitas suara atau warna suara (timbre).
Ketiga
karakter fisika bunyi diatas itula yang menjadi stimuli pendengaran dan
menimbulkan sensasi akustik. Pada prinsipnya, musik berisikan ketiga materi
tersebut yang kemudian diorganisir melalui dimensi cepat-lambat; tinggi-rendah;
keras-lembut; panjang-pendek dengan atau tanpa lirik. Keseluruhan penataan
materi akustik yang melibatkan impresi estetis dan teknik kompositoris
penciptanya menjadikan serangkaian stimuli suara tersebut akan direspons oleh
reseptor baik secara fisiologis maupun psikologis. Perpaduan kinerja kognitif
dan afektif melalui materi alamiah ini disebut dan dikenal dengan sebutan
musik, sehingga musik merupakan stimulus paling mendasar yang tidak bisa
dielakkan dalam kehidupan.
No comments:
Post a Comment