Salam…
Hubungan Psikologi Dengan Musik
Semoga pembaca
berada pada keadaan yang sangat menggembirakan, pada kali ini saya akan menulis
sedikit tentang musik yang saya kutip dari penulis Djohan dalam bukunya yang
berjudul Psikologi Musik cetakan #3.
Pada mulanya,
banyak peneliti beranggapan bahwa kognisi musik adalah domain yang tersendiri
karena sebelumnya telah menandai domain tradisional seperti kognitif,
psikomotor, dan afektif pada hal secara psikologis, aktifitas musik yang
meliputi persepsi dan dan kognisi tidak harus ditanggapi secara apriori karena
aktifitas musikal juga merupakan salah satu aspek perilaku hidup manusia.
Selama ini perkembangan penelitian yang mutakhir terhadap perilaku musikal
pasti menyertakan proses kognitif dan persepsi. Untuk itu psikologi kognitif
dengan disiplin ilmu terkait lainnya menjadi penting dan secara ekologis
merupakan penemuan yang konklusif dalam proses interdisiplin psikologi dan
musikologi. Dengan demikian tentu akan lebih sempurna bila memahami perilaku
musikal dengan melibatkan kajian multidisiplin.
Pada hakekatnya, musik merupakan hasil produk otak. Maka, elemen vibrasi
(fisika dan kosmos) dalam bentuk frekwensi, amplitudo, dan durasi belum akan menjadi suatu musik bagi seorang manusia sampai saat semua itu ditransformasi secara neurologis dan
diinterpretasikan melalui otak menjadi: Pitch
(nada-harmoni), timbre (warna
suara), dinamika (keras-lembut), dan tempo (cepat-lambat). Transformasi
kedalam musik dan respons manusia (prilaku) adalah unik untuk dikenali
(kognisi), karena otak besar manusia berkembang dengan amat pesat akibat dari
pengelaman musikal sebelumnya.
Kemudian, psikologi tentang ilmu pikiran dan perilaku akan menjadi
suatu pengetahuan mendasar yang sangat dibutuhkan bila ingin mengetahui bagaimana persisnya
kinerja sensori menghasilkan peningkatan perkembangan otak serta memperkaya
kehidupan manusia. Sementara pengetahuan kognisi berkewajiban memastikan
hubungan semua saraf sensori (indera), motor, koneksi, antar saraf dan
saraf otak layaknya sebuah komputer
raksasa. Didalamnya termasuk pembahasan aspek belajar yang mencakup pemahaman juga efisiensi komunikasi dari fungsi saraf manusia.
Istilah sensori informasi dalam pembahasan Psikologi Musik diartikan
sebbagai rekaman pengalaman yang dapar mengarahkan perilaku musikal seseorang.
Pandangan ini, dalam psikologi lebih dilandasi oleh pendekatan humanistik.
Orientasi humanistik didasarkan atas prinsip bahwa manusia adalah makhluk yang
sadar akan kebebasan dan bertanggung jawab
untuk mengatur hidupnya. Kebebasan itu pada akhirnya menghasilkan
karakter yang membuat seseorang menjadi unik, berbeda dari yang lain, tidak
memiliki cara yang sama dalam merespons kejadian maupun berperilaku. Secara
sederhana dapat diartikan, setiap orang hanyalah imitator dari contoh yang
telah tersedia dan menjadi penemu cara-cara baru dalam meresepsi dan merespons.
Hampir semua manusia merupakan produk dari lingkungan dan terutama
sekali berdasarkan sifat untuk harus belajar tentang segala sesuatu. Tetapi
tidak boleh dilupakan pula bahwa segala tindakannya terbatas. Manusia bertindak karena didesak oleh kekuatan dan kelemahan yang
dimilikinya. Keunikan manusia (rentan untuk dipengaruhi dan dipersuasi) adalah
bahwa ia dapat dan harus menjadi dasar dalam segala lingkungan yang bersifat
transenden. Sejarah menunjukkan bahwa manusia selalu melampaui apa yang
dipercayai orang sebagai batas akhir atau yang disebut potensi. Sebagai contoh,
kemampuan kogintif seseorang anak berkembang lebih awal dari apa yang
diperkirakan sebelumnya. Oleh sebab itu, saat ini mulai disadari bahwa pendidikan
anak prasekolah adalah penting, bahkan pendidikan pra kelahiran pun mendapat
perhatian serius.
Terkait dengan musik, kapankah tepatnya pengalaman rasa musikal
dimulai? Lingkungan musikal pada anak sejak lama telah menjadi fokus penelitian
neurolog, psikolog, dan musikolog yang menghasilkan banyak penemuan tentang
efek musik dan suara. Misalnya laporan penelitian bidang medis dan neurologis
yang mengatakan bahwa pada 38 minggu masa kehamilan, janin seudah selektif
merespons musik. Kemudian para ahli berpendapat, bukti itu menunjukkan bahwa
proses belajar sebenarnya telah dimulai jauh sebelum terjadinya kelahiran.
Apalagi selama dua bulan terakhir masa kehamilan sangat memungkinkan untuk
mengkondisikan pengalaman musikal janin dalam kandungan.
Tetapi secara akustik perlu dicermati bagaimana suara musik dapat
didengar oleh janin yang sangat tergantung kepada kekuatan kepekaan permukaan halus kulit ibu,
jarak antara tulang tengkorak janin serta saluran terdekat dari konduksi
tulang. Karena suara musik yang akan dideteksi oleh janin merupakan produksi
dari mekanisme vibrasi melalui kulit perut ibu. Kulit perut ibu hamil akan
menjadi transmisi vibrasi yang efektif terutama bila tidak banyak cairan
amniotik. Perkembangan selanjutnya adalah keyakinan bahwa pengalaman auditif sangat
penting bagi janin. Karenanya proses edukasi ini dapat disasumsikan sama
pentingnya dengan pengalaman musikal pada masa-masa awal tumbuh-kembang anak.
Sensori atau indera pendengaran selain peciuman merupakan perkembangan
pertama dari ke-lima indera janin yang bisa distimuli melalui musik. Karena
dipercaya secara tidak langsung dapat meningkatkan fungsi otak. Hodges (2000)
mengatakan, manusia akan makin memahami hidup berkat adanya lingkunan (musika)
yang secara fisik menghasilkan perubahan reaksi pada otak (mengikat dan
membentuk). Musik diyakini dapat mempengaruhi perkembangan otak diawal
kehidupan karena sifatnya yang plastis. Stimuli musik pada awal perkembangan
juga dapat memberikan pengaruh untuk jangka waktu yang panjang. Sebaliknya,
awal pengalaman yang negatif (tanpa lingkungan musikal) akan menghasilkan
konsekuensi dramatik yang berkepanjangan.
Interaksi antara psikolog dan musik kemudian juga ditunjukkan oleh
berkembanya disiplin Terapi Musik yang secara kontekstual mengusung pentingya
pengalaman musikal dalam kehidupan manusia. Gangguan mental secara psikologis
dapat diintervensi melalui sifat traupetik yang dimiliki elemen-elemen musik.
Psikolgi yang awalnya dimengerti sebagai ilmu tentang jiwa (psike sederajat
dengan jiwa atau pikiran, logos sama dengan sains), pada perkembangannya tidak
lagi membedakan antara apa yang diperhatikan tubuh dan apa yang dimiliki
pikiran. Dengan demikian aplikasi Psikologi Musik juga tidak terpengaruh dengan
pemisahan antara jiwa/pikiran dan fisik/tubuh. Karena semua itu dapat
berdasarkan pada perilaku musikal seseorang baik secara individual maupun
holistik.
Keyakinan yang terutama adalah setiap orang memerlukan musik (tidak ada
satupun masyarakat/budaya yang tidak memiliki musik). Oleh sebab itu apakah
sebenarnya musik? Walau dikatakan bahwa musik memiliki semua karakter yang lumayan penting jika dilihat dari sistem kimia, genetika, dan bahasa manusia. Juga disebutkan bahwa perasaan
manusia terikat dengan musik karena memiliki konsistensi dan lingkungan yang
sama dalam merespons musik. Sebab, respons terhadap musik terjadi dari proses
kognitif yang menyertakan emosi dalam wujud perilakunya. Sehingga sangat masuk
akal untuk melakukan pendekatan kognitif dalam memahami efek stimuli musik.
Dalam artian betapa pentingnya interaksi antara musik dan psikolog. Karena
selain psikolog tertarik akibat adanya interpretasi perilaku manusia dan juga karena musik
merupakan bentuk konkret perilaku manusia yang unik dan saling
pengaruh-mempengaruhi. Dengan demikian, secara saintifik terjadi eksplorasi
pengaruh musik terhadap perilaku seperti halnya respons perilaku dari musik.
Menurut The American Heritage
Dictionary (1982), psikologi didefinisikan sebagai “karakteristik emosional
dan perilaku individu, kelompok, atau aktifitas”. Pengertian psikologi kemudian
menjadi lebih luas dari hanya kajian perilaku manusia. Eksplorasi atistik dan
saintifik di atas menyebabkan pengembangan strategi penelitian yang juga megikut sertakan ilmu neurologi, fisika, fisiologi, psikologi, dan sosiantroppologi. Aplikasi dari
banyak hasil penelitian seperti di atas telah dimanfaatkan oleh bidang
komposisi musik, pendidikan musik, sejarah musik, pertunjukan musik, terapi
musik, dan seni pertunjukan. Pada akhirnya, konsekuensi perkembangan ini akan
menstimuli percepatan perhatian akan pentingnya esensi dan fungsi musik didalam
kehidupan manusia.
Seperti yang disebutkan di atas bahwa musik adalah perilaku manusia,
maka kajian komprehensif yang melibatkan musik dan psikologi dinamakan
psikologi musik. Sekaligus, musik juga dapat menjelaskan upaya-upaya manusia yang
disebut psikologi. Melalui konteks ini, psikologi dan musik dapat dilihat
sebagai kata sifat juga kata benda seperti halnya proses dan produk. Menurut
bapak Psikoloogi Musik, Carl Seashore (1938) Psikologi Musik “dapat disebut sebagai psikologi estetika dalam musik, pengetahuan estetika musik atau estetika musikal”.
Secara lebih khusus sebenarnya apa isi
dari Psikologi Musik? Mungkin deskripsi model molekul dibawah dapat
memberikan gambaran yang lebih jelas.
Musik didefinisikan sebagai suara dan diam yang terorganisir melalui
waktu yang mengalir di jalur (dalam ruang), namun beberapa pendapat dan kesimpulan sementara dan pertanyaan
yang muncul: Musik—Suara—Vibrasi(?). dan vibrasi (energi) merupakan esensi dari
segala jenis (massa). Tetapi bila musik adalah suara yang terorganisir, apakah
kita dapat memperoleh pemahaman yang jauh lebih baik dari esensi musik jika
mengkaji suara yang tidak terorganisir atau suara ribut? Dapatkah kita akan menjadi lebih baik bila memahami musik dan pengaruhnya bila juga memahami pengaruh non-musik
(ribut)? Melalui cara apakah jenis suara musikal dan non-musikal mempengaruhi perilaku
manusia dan alam bawah sadarnya? Apa efek biologisnya? Fisiologis? Neurologis?
Psikologis? Sosiologis? Antropoplogis? Akustik? Terapiutik? (Eagle, 1978).
Melalui penemuan dan metode yang digunakan dari berbagai pengetahuan,
dapat diperoleh pemahaman yang lebih signifikan yaitu, “musik adalah bentuk
perilaku manusia yang sediktinya memang unik dan memiliki pengaruh yang kuat”. Salah satu aspek
yang membangkitkan minat menggeluti ilmu pengetahuan adalah mereka tidak bebas
dari yang lainnya tetapi sungguh-sungguh interelasi. Sama halnya bila kita
mendengar terminologi psikologi, psikotik, biokimia, atau neuropsikiatri.
Secara sepintas, mestinya disiplin psikologi dapat memperlihatkan bagaimana
psikologi menggunakan interpretasi dan aplikasi hasil penemuan dari berbagai
disiplin. Seperti yang dikatkan Hargreaves (1986) bahwa Psikolohi Musik:
“Termasuk penelitian neurologis dan fisiologis dari dasar biologis
musik seperti persepsi, kajian belahan otak, akustik dan psikotik dari mekanisme
persepsi auditori, psikologi kognitif, analisis psikometri keterampilan
musik..; psikologi sosial aspek estetis dan afektik dari pengaruh mendengarkan
musik...; mengaplikasikan kajian tersebut dalam ranah terapi, pendidikan,
industri dan sebagainya.”
Seorang psikolog musik kemudian harus “bisa bertanggung jawab dan
berinisiatif ”pada pekerjaan yang terintegral”. Yaitu, seorang psikolog musik
harus bisa bermain didalam suatu ruang lingkup interdisiplin bahkan multidisiplin dalam
upaya menemukan jawaban atas pertanyaan tentang pengaruh dan respons. Untuk itu
dibutuhkan penggabungan seni dan pengetahuan musik, mengasimilasi dan memberi
informasi dari unit tersebut, serta bertanggung jawab untuk diseminasi
hasil penggabungan itu kedalam praktik pendidikan, kurikulum dan praktik
klinis, penelitian, dan model-model teoritis lainnya.