Salam…
Musikalitas (warisan atau
peninggalan)
Semoga pembaca
berada pada keadaan yang sangat menggembirakan, pada kali ini saya akan menulis
sedikit tentang musik yang saya kutip dari penulis Djohan dalam bukunya yang
berjudul Psikologi Musik cetakan #3.
Musikalitas (warisan atau
peninggalan)
Bila
benar musikalitas didasari oleh evolusi, maka terdapat beberapa aspek yang
mempengaruhi secara genetis. Banyak diskusi mengindikasikan bahwa manusia tidak
dikuasai oleh insting maka jelas bahwa ada aspek tertentu yang tidak
dikendalikan oleh genetika. Namun tidak melalui pembelajaran.
Kontroversi
mengenai musikalitas adalah warisan atau diperoleh dari belajar dalam waktu
yang sangat lama. Menurut Seashore (1938).
“berdasarkan
pengalaman kami melakukan pengukuran terhadap kompetensi sensori, ditemukan
bahwa kapabilitas dari rasa pitch,
waktu tempo, kekerasan suara dinamika, dan timbre adalah sangat mendasar. Dalam artian semua itu hadir sebagai
bawaan sejak lahir dan berfungsi sejak awal masa kanak-kanak.”
Pandangan
yang bertolak belakang dari Lundin (1967) mengatakan, walau beberapa faktor
biolgis tertentu merupakan warisan tetapi “perilaki musikal diperoleh dari
proses panjang interaksi seseorang dengan stimuli musik”.
Berikut
akan dipaparkan beberapa data yang mendukung masing-masing pandangan diatas.
Beberapa
peneliti mengemukakan teori tentang kemampuan musikal sebagai warisan (Rowley,
1988; Shuter-Dyson dan Gabriel 1981) sementara yang lain berupaya memberikan
data pendukung. Sehingga diperoleh kesimpulan sebagai berikut.
1. Kajian
genealogis mengenai latar belakang keluarga seorang musisi menunjukkan bahwa
semakin tinggi perilaku musikal yang ditunjukkan orang tuanya, maka semakin
besar pula musikalitas si anak.
2. Kajian
korelasional menunjukkan data dengan tingkat korelasi yang tinggi antara skor
tes orang tua (Seashore Measure Musical Talents) dan anaknya. Diperoleh
koefisien korelasi dibawah 0,50.
3. Penelitian
terhadap anak kembar faternal dan identik menunjukkan korelasi yang tinggi
antar pasangan tetapi secara umum masih berupa data awal.
4. Hubungan
antara struktur anatomi otak dan kemampuan musikal juga telah menjadi bagian
dari hipotesis (Schlang etal., 1995).
Beberapa
peneliti menggunakan prinsip genetika Mendelian untuk menyelidiki berbagai
latar belakang keluarga musikal.
Hasilnya tidak
terlalu meyakinkan dan sangat terbuka untuk interpretasi subjektif.
Penyelidikan secara seksama melalui dasar-dasar warisan genetika sebenarnya
diharapkan dapat lebih memperjelas hasil yang telah dicapai.
Setiap manusia
normal memiliki 46 kromosom yang terdiri dari 23 pasang. Informasi yang
menentukan ada tidaknya ciri khusus pada masing-masing orang dikodifikasikan ke
dalam 3 juta gen (plasma pembawa sifat) yang seluruhnya didistribusikan oleh 23
pasang kromosom (Bodmer dan MicKie, 1994).
Petunjuk
genetis berada pada persenyawaan kimia yang disebut deoxribo nucleic acid (DNA) yang “dibaca” oleh kurir ribo nucleic acid (RNA).
Pengaruh
genetis terhadap semua bawaan dapat ditentukan oleh kandungan kimiawi khusus
dari gen pasangan berupa interaksi beberapa pasang gen sesuai.
Informasi
terbatas mengenai faktor gen ini langsung terlihat betapa kompleksnya
pertanyaan mengenai warisan musikalitas.
Proyek Human
Genome yang dimulai 1970-an bertujuan untuk memetakan komposisi molekul gen
manusia. Para ilmuan telah melakukan langkah maju didalam ilmu genetika,
beberapa perilaku atau sifat manusia telah ditelusuri sebagai pasangan gen yang
khusus.
Hingga
pasangan gen khusus kemudian dapat dihubungkan dengan ciri perilaku yang khusus
pula. Tetapi semua jawaban atas pertanyaan di atas kian menjadi spekulatif.
Ada yang
mengatakan bahwa data yang diperoleh dari penelitian terdahulu dapat digunakan
untuk mendukung faktor lingkungan sebagai bagian dari warisan.
Apakah benar
bila tempat tumbuh kembangnya seseorang juga akan mempengaruhi perkembangan
genetikanya? Beberapa konklusi di bawah diperoleh dari dukungan terhadap
atribut musikal.
1.
Beberapa peneliti berupaya menetapkan tingkat
hubungan antara rumah dan lingkungan sosial dengan atribut musikal sementara
hasilnya masih belum pasti bahkan tidak dapat disimpulkan untuk sebuah konklusi
yang secara positif mendukung pengaruh lingkungan.
2.
Dukungan kuat pada faktor lingkungan sebenarnya
juga merupakan hasil sintesis dari efek latihan pada beberapa atribut musikal.
Juga ada beberapa pembuktian yang mendukung hipotesis bahwa kemampuan
membedakan pitch atau absolut pitch dapat ditingkatkan melalui latihan.
3.
Ratusan guru musik formal dan informal yang
percaya bahwa sebuah keterampilan musik berkembang karena latihan. Untungnya
semua ini memiliki data pendukung.
4.
Kesimpulan yang kurang memuaskan adalah hasil
kajian mengenai efek pelatihan dari skor tes musik. Secara umum hasil skor tes
dari kajian-kajian ini mengindikasikan efek minimal dari pelatihan (Tarrell,
1965). Salah satu alasan gagalnya asumsi pelatihan lebih disebabkan oleh waktu
dan administratur tes. Kebanyakan orang akan melihat bahwa manfaat yang dapat
diperoleh dari hasil latihan adalah yang lebih dari setahun dibandingkan yang
hanya beberapa bulan. Efek pelatihan akan berbeda dalam hasil tes kecerdasan
dan tes kesuksesan.